Kamis, 06 Mei 2010

Sering Sakit Kepala, Waspadai Kanker Otak

Sering Sakit Kepala, Waspadai Kanker Otak


 

Sering Sakit Kepala, Waspadai Kanker Otak

Siti Masnidar - Jambi
Viza (50) tidak menyangka akan didiagnosis menderita kanker otak stadium 4 oleh dokter. Padahal selama bertahun-tahun ia tidak pernah merasakan gejala apa pun. Meski ia pernah mengalami sakit kepala, itu dianggap sebagai gejala biasa.
Ia baru memeriksakan diri ke dokter setelah mengalami pingsan berulang-ulang dan mulut mengeluarkan busa. Awalnya keadaan itu disangka hanya gejala keracunan.
Apa yang dialami Viza juga kerap dialami penderita kanker otak lainnya. Kebanyakan mereka baru mengetahui penyakit itu saat kanker yang dialami sudah parah.
Menurut dr Hengky Indradjaja, sering sakit kepala atau bahkan terkadang disertai muntah-muntah, merupakan salah satu gejala penyakit tumor otak yang dapat menyebabkan kanker otak. “Sakit kepala menetap pada daerah itu-itu saja dan muncul tanpa pemicu jelas. Jika di belakang, hanya di situ. Atau sebelah kanan, hanya sebelah kanan,” ujarnya kemarin.
Hengky mengatakan, terdapat perbedaan antara tumor di otak dan tumor di tempat lain. Pada tumor otak dibatasi dengan tulang kepala sehingga terdapat suatu massa akan menekan jaringan otak, apakah itu darah atau tumor. "Nah, proses penekanan di otak itulah yang akan menyebabkan pasien menderita sakit kepala pada awalnya dan juga mengalami muntah-muntah yang proyektil. Maksudnya, pasien muntah tidak sedang makan," ujar mantan kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi itu.
Mengenai penyebabnya, Hengky mengaku belum diketahui pasti. Diduga bisa karena adanya kelainan genetik, bawaan sejak lahir seperti craniopharyngioma dan lain-lain, virus, maupun faktor etnis. Itu pun masih belum dipastikan. "Gejala dari penyakit itu tergantung letak tumor itu berada," jelasnya.
Gejala yang umum dapat ditunjukkan berupa sakit kepala dan muntah-muntah. Itu yang proyektil. Kemudian jika mengenai daerah motorik, ada gejala kelemahan anggota gerak sampai kelumpuhan, penurunan penglihatan sampai kebutaan, hilangnya keseimbangan, kesemutan sampai tidak berasa sama sekali, gangguan penciuman, gangguan bicara kalau terkena di area atau pusat bicara, hingga turun kesadaran bila yang terkena batang otak.
Berdasarkan jenisnya, penyakit tumor otak terbagi menjadi dua. Ada tumor jinak, misalnya meningioma, cavernous angioma, astrocytoma grade rendah (1,2), adenoma hipofise, acustic neurinoma; dan tumor ganas glioblastoma.
"Penyakit kanker otak sangat identik dengan tumor ganas. Sebenarnya tumor di otak atau di mana pun tumor itu berada, tumor dibagi menjadi dua bagian, yaitu tumor ganas atau kanker dan tumor jinak," tuturnya.

Sedangkan berdasarkan lokasi, dibagi menjadi dua, yaitu tumor supratentorial dan tumor infratentorial. Artinya, tumor di atas tentorium atau pada otak besar, dan tumor yang ada di bawah tentorium, yakni otak kecil dan batang otak.

Hengky menuturkan, jenis tumor otak yang paling parah di antaranya adalah glioblatoma (astrocytoma grade 4) dan neuroblastoma. Tapi kalau tumor itu letaknya di otak besar, mungkin gejala yang timbul lambat. Nah, jika tumor tersebut terletak di otak kecil, gejalanya akan cepat terlihat.

"Pada tumor jenis glioblastoma, tumor otak lebih sering mengenai otak besar, sedangkan acustic neurinoma akan menyerang saraf pendengaran si penderita, sehingga letaknya di otak kecil," paparnya.
Jika mengalami gejala seperti di atas, sebaiknya segera memeriksakan diri baik CT-scan hingga MRI.(nid)
»»  read more

KANKER otak

KANKER otak adalah penyakit berbahaya yang sangat mematikan. Selain mematikan, pengobatannya pun menelan biaya yang sangat besar. Untuk menghindari penyakit tersebut, berikut ini sejumlah langkah-langkah untuk mencegah penyakit ini:
  1. Kalau Anda mengalami gejala-gejala, seperti sering sakit kepala yang hilang timbul, atau tidak hilang-hilang, muntah-muntah tanpa sebab, penurunan penglihatan yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, kelemahan anggota gerak secara bertahap, berjalan limbung, gejala layaknya vertigo atau sempoyongan, maka segera lakukan pemeriksaan diri dan dianjurkan melakukan pemeriksaan MRI.
  2. Jangan biarkan stres berat menyerang terus-menerus, sempatkan waktu beristirahat, dan lakukan refreshing yang dapat mengurangi dan menghilangkan stres Anda.
  3. Batasi radiasi langsung yang terlalu berlebihan pada tubuh, lebih baik gunakan hansfree bila menggunakan telepon seluler dalam waktu lama.
  4. Terapkan pola makan sehat dengan gizi yang seimbang, misalnya memperbanyak konsumsi buah-buahan, sayur, dan biji-bijian. Ditambah membatasi diri mengonsumsi lemak.
  5. Kurangi konsumsi makanan yang diasap, dibakar dan diawetkan dengat nitrit, maupun zat-zat kimiawi buatan lainnya.
  6. Sudah saatnya Anda menghentikan konsumsi alkohol dan rokok.
  7. Lakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur. Apalagi kalau Anda mempunyai riwayat keluarga penderita kanker otak.
  8. Jangan mengonsumsi obat-obatan tertentu sebelum mendapat resep rujukan dokter. Kesalahan penggunaan obat dapat merangsang perkembangan sel kanker.
  9. Lakukan olahraga secara teratur dan pada porsi yang cukup.
  10. Mulai sekarang biasakan mengaplikasikan gaya hidup sehat. Jangan terbawa arus gaya hidup “menghanyutkan”.
»»  read more

Kenali Gejala Kanker Otak

Kenali Gejala Kanker Otak

Foto: Corbis
ANDA sering sakit kepala, atau bahkan terkadang disertai dengan muntah-muntah. Waspadai gejala tersebut, karena bisa jadi Anda terkena penyakit tumor otak yang dapat menyebabkan kanker otak?

Pada kanker otak, terdapat sel-sel tubuh yang tumbuh secara tidak normal. Penyakit ini memang tidak menimpa banyak orang, tetapi dalam penyebarannya, kanker ini sangat menakutkan.

Dokter spesialis bedah saraf dari Rumah Sakit Omni Internasional, Serpong Tangerang, Dr Alfred Sutrisno, Sp BS, mengatakan, terdapat perbedaan antara tumor di otak dengan tumor di tempat lainnya. Pada tumor otak dibatasi dengan tulang kepala sehingga terdapat suatu masa akan menekan jaringan otak, apakah itu darah atau tumor.

"Nah proses penekanan di otak inilah yang akan menyebabkan pasien menderita sakit kepala pada awalnya, dan juga mengalami muntah-muntah yang proyektil. Maksudnya pasien muntah tidak sedang makan," ujar dokter yang juga berprofesi sebagai konsultan bagian saraf ini.

Dokter yang mengambil gelar untuk dokter umum di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini menjelaskan, penyebab timbulnya penyakitini, berdasarkan teori, dapat terjadi karena adanya kelainan genetik, bawaan sejak lahir seperti craniopharyngioma dan lain-lain, virus maupun faktor etnis. Ini pun masih belum dipastikan. "Gejala dari penyakit ini tergantung dari letak tumor itu berada," jelasnya.

Gejala yang umum dapat ditunjukkan berupa sakit kepala dan muntah-muntah yang proyektil. Kemudian jika mengenai daerah motorik ada gejala kelemahan anggota gerak sampai kelumpuhan, penurunan penglihatan sampai kebutaan, hilangnya keseimbangan, kesemutan, sampai tidak berasa sama sekali, gangguan penciuman, gangguan bicara kalau terkena di area atau pusat bicara, hingga turunnya kesadaran bila yang terkena batang otaknya.

Lebih lanjut dikatakan Alfred, berdasarkan jenisnya penyakit tumor otak ini terbagi menjadi dua, ada tumor jinak: misalnya meningioma, cavernous angioma, astrocytoma grade rendah (1,2), adenoma hipofise, acustic neurinoma, dan tumor ganas glioblastoma. "Penyakit kanker otak ini sangat identik dengan tumor ganas. Sebenarnya tumor di otak atau di mana pun tumor itu berada, tumor di bagi menjadi dua bagian yaitu tumor ganas atau kanker dan tumor jinak," tutur dokter kelahiran Cirebon, 6 Februari 1958 ini.

Sedangkan berdasarkan lokasinya dibagi menjadi dua, yaitu tumor supratentorial dan tumor infratentorial. Artinya tumor di atas tentorium atau pada otak besar, dan tumor yang ada di bawah tentorium, yakni otak kecil dan batang otak.

Alfred menuturkan, jenis tumor otak yang paling parah di antaranya adalah glioblatoma (astrocytoma grade 4), dan neuroblastoma. Tapi kalau tumor ini letaknya di otak besar mungkin gejala yang timbul lambat. Nah, jika tumor ini terletak di otak kecil, maka gejalanya akan cepat terlihat.

"Pada tumor jenis glioblastoma, tumor otak lebih sering mengenai otak besar, sedangkan acustic neurinoma akan menyerang saraf pendengaran si penderita, sehingga letaknya di otak kecil," papar dokter yang juga menjadi pengarang buku yang berjudul Stroke ???You Must Know Before You Get It!!! ini.

Anggota dokter bedah seluruh dunia ini menambahkan, penyakit tumor otak pada prinsipnya dapat disembuhkan. "Dengan catatan, dapat melakukan tindakan operasi dengan mengambil semua jaringan tumor, kecuali yang ganas karena meskipun kita telah mengambil total, nanti akan tumbuh lagi," tandasnya.

Sejumlah teknik operasi dapat dilakukan untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Yakni, operasi dengan bedah microsurgery atau endoscopic surgery, radiotherapy: sinar X maupun sinar gamma, atau gamma knife, chemotherapy, dan imunotherapy.

"Jika Anda mengalami gejala-gejala yang sudah disebutkan tadi, maka segera lakukanlah pemeriksaan diri dan dengan melakukan pemeriksaan MRI," pesan Alfred.

Sementara itu, dokter spesialis kejiwaan dari Rumah Sakit Global Medika Tangerang Dr Andri, SpKJ berpendapat, pasien yang mengalami kanker otak dapat mengalami keadaan depresi, delirium, demensia, ataupun kejang. "Kanker otak merupakan salah satu kanker yang paling ditakuti. Kanker atau tumor otak bisa mengenai semua bagian otak tentunya," jelas psikiater yang juga berpraktik di RS Omni Internasional, Serpong, Tangerang ini.

Dokter lulusan Universitas Indonesia ini menuturkan, perubahan pada daya intelektual juga bisa terjadi pada pasien kanker otak ini. Hanya saja perubahan daya intelektualnya tergantung dari letak tumornya sendiri. Jika terdapat di daerah frontal atau bagian depan otak, di mana banyak terdapat fungsi intelektual dan perasaan, maka bisa mengalami gangguan dalam fungsi intelektual termasuk daya ingat.

Namun, ada juga yang disebabkan karena depresi ataupun dementianya. Tentunya pada keadaan daya ingat yang terganggu akibat tumor, yang pertama kali adalah melakukan upaya pengobatan primer terhadap tumornya tersebut. "Terkadang ada keterbatasan dalam terapi tumornya sehingga pasien harus menderita lama. Hal ini secara bermakna akan meningkatkan gangguan depresi pada pasien itu," ucap dokter yang lulus dengan predikat cum laude itu.

Bila pasien mengalami depresi yang pada banyak orang dapat menurunkan fungsi daya ingatnya juga, pengobatan dengan menggunakan obat dan psikoterapi harus dilakukan. Pasalnya, hal tersebut sangat penting demi perbaikan kualitas hidup pasien itu sendiri." Ingat depresi tidak boleh dipandang sebagai suatu hal yang wajar pada pasien kanker apa pun jenisnya sehingga harus diterapi secara agresif," pesan Andri.
»»  read more

Kenali Tanda dan Gejala Gizi Buruk

Kenali Tanda dan Gejala Gizi Buruk

Gizi buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal ini bisa diakibatkan oleh kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis makanan yang tidak tepat ataupun karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan kurang terserapnya nutrisi dari makanan. Secara klinis gizi buruk ditandai dengan asupan protein, energi dan nutrisi mikro seperti vitamin yang tidak mencukupi ataupun berlebih sehingga menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.


Perbedaan Gizi Buruk dan Kelaparan
kurang gizi Gizi buruk berbeda dengan kelaparan. Orang yang menderita kelaparan biasanya karena tidak mendapat cukup makanan dan kelaparan yang diderita dalam jangka panjang dapat menuju ke arah gizi buruk. Walaupun demikian, orang yang banyak makan tanpa disadari juga bisa menderita gizi buruk apabila mereka tidak makan makanan yang mengandung nutrisi, vitamin dan mineral secara mencukupi. Jadi gizi buruk sebenarnya dapat dialami oleh siapa saja, tanpa mengenal struktur sosial dan faktor ekonomi

Orang yang menderita gizi buruk akan kekurangan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh atau untuk menjaga kesehatannya. Seseorang dapat terkena gizi buruk dalam jangka panjang ataupun pendek dengan kondisi yang ringan ataupun berat. Gizi buruk dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Orang yang menderita gizi buruk akan mudah untuk terkena penyakit atau bahkan meninggal dunia akibat efek sampingnya. Anak-anak yang menderita gizi buruk juga akan terganggu pertumbuhannya, biasanya mereka tidak tumbuh seperti seharusnya (kerdil) dengan berat badan di bawah normal.


Penyebab Gizi Buruk
Orang akan menderita gizi buruk jika tidak mampu untuk mendapat manfaat dari makanan yang mereka konsumsi, contohnya pada penderita diare, nutrisi berlebih, ataupun karena pola makan yang tidak seimbang sehingga tidak mendapat cukup kalori dan protein untuk pertumbuhan tubuh.

Beberapa orang dapat menderita gizi buruk karena mengalami penyakit atau kondisi tertentu yang menyebabkan tubuh tidak mampu untuk mencerna ataupun menyerap makanan secara sempurna. Contohnya pada penderita penyakit seliak yang mengalami gangguan pada saluran pencernaan yang dipicu oleh sejenis protein yang banyak terdapat pada tepung yaitu gluten. Penyakit seliak ini mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi sehingga terjadi defisiensi.

Kemudian ada juga penyakit cystic fibrosis yang mempengaruhi pankreas, yang fungsinya adalah untuk memproduksi enzim yang dibutuhkan untuk mencerna makanan. Demikian juga penderita intoleransi laktosa yang susah untuk mencerna susu dan produk olahannya.

Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk:
  • Pola makan yang tidak seimbang kandungan nutrisinya
  • Terdapat masalah pada sistem pencernaan
  • Adanya kondisi medis tertentu
Seperti telah disebutkan sebelumnya, gizi buruk dapat terjadi apabila tubuh tidak mendapatkan cukup makanan dan nutrisi, seperti pada kasus kelaparan. Defisiensi 1 jenis vitamin pun dapat di kategorikan sebagai gizi buruk. Pada beberapa kasus gizi buruk dapat menunjukkan gejala yang sangat ringan atau bahkan tanpa gejala. Tetapi pada kasus lain yang berat gizi buruk dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang tetap walaupun telah diselamatkan.

Saat ini gizi buruk tetap menjadi masalah yang cukup signifikan di seluruh dunia, terutama pada anak-anak. Kemiskinan, bencana alam, masalah politik dan peperangan dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk dan kelaparan, bahkan di belahan dunia manapun.


Tanda dan Gejala Gizi Buruk
Gizi buruk dapat mempengaruhi kesehatan tubuh baik fisik dan mental. Semakin berat kondisi gizi buruk yang diderita (semakin banyak nutrisi yang kurang) akan memperbesar resiko terjadinya masalah kesehatan secara fisik.

Pada gizi buruk yang berat dapat terjadi kasus seperti marasmus (lemah otot) akibat defisiensi protein dan energi, kretinisme dan kerusakan otak akibat defisiensi yodium, kebutaan dan resiko terkena penyakit infeksi yang meningkat akibat defisensi vitamin A, sulit untuk berkonsentrasi akibat defisiensi zat besi.

Tanda dan gejala dari gizi buruk tergantung dari jenis nutrisi yang mengalami defisiensi. Walaupun demikian, gejala umum dari gizi buruk adalah:
  • Kelelahan dan kekurangan energi
  • Pusing
  • Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan infeksi)
  • Kulit yang kering dan bersisik
  • Gusi bengkak dan berdarah
  • Gigi yang membusuk
  • Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
  • Berat badan kurang
  • Pertumbuhan yang lambat
  • Kelemahan pada otot
  • Perut kembung
  • Tulang yang mudah patah
  • Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh
tanda dan gejala gizi buruk

Ketika seorang wanita hamil mengalami gizi buruk, maka kemungkinan anaknya akan lahir dengan berat badan rendah dan beresiko untuk tidak selamat. Anak-anak yang mengalami gizi buruk juga sering mengalami kesulitan untuk mengikuti pelajaran di sekolah.


Penanganan Gizi Buruk
Untuk diagnosa terjadinya gizi buruk, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan:
  • Memeriksa tinggi dan berat badan pasien untuk menentukan BMI (Body Mass Index)
  • Melakukan pemeriksaan darah untuk melihat ketidaknormalan
  • Melakukan pemeriksaan X-Ray untuk memeriksa apakah ada kelainan pada tulang dan organ tubuh lain
  • Memeriksa penyakit atau kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk
Untuk penanganan gizi buruk. Dokter atau ahli gizi biasanya akan mengusulkan untuk pengaturan pola makan, termasuk jenis dan jumlah makanan. Bila diperlukan dapat juga diberikan suplemen atau vitamin untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin yang kurang tersebut. Apabila penyebab gizi buruk karena penyakit atau kondisi medis tertentu maka, terapi lain disarankan untuk menanganinya.
»»  read more

Gejala Kanker / Tumor Otak dan Pencegahannya


Gejala Kanker / Tumor Otak dan Pencegahannya

February 10, 2009 By: admin Category: Gejala Kanker Otak
bagian_otakOtak adalah pusat kehidupan. Segala aktivitas kehidupan, hingga yang sekecil-kecilnya, hanya bisa terjadi melalui mekanisme yang diatur oleh otak. Dalam waktu yang bersamaan otak harus menjalankan beribu-ribu aktivitas sekaligus. Saat tiba-tiba mendengar suara klakson dari belakang maka secepat kilat otak menyuruh kaki meloncat ke tepi, menyuruh leher menoleh ke belakang, menyuruh mata membelalak, menyuruh otot-otot menegang untuk mengatasi situasi darurat, menyuruh jantung memompa darah lebih kencang, menyuruh hidung tetap bernafas, dan masih banyak lagi yang harus diaturnya, bahkan terkadang masih sempat-sempatnya menyuruh mulut memaki….
otak_manusia.  Semua itu dapat dilaksanakan bersamaan karena diatur oleh bagian otak yang berbeda-beda. Ya, otak memiliki banyak bagian yang memiliki fungsi berbeda-beda. Secara garis besar otak terbagi atas tiga bagian, yaitu otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan batang otak (brain stem). Masing-masing bagian terbagi lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, lebih kecil lagi, dan lebih kecil lagi. Seperti bagian-bagian tubuh lain, otak bisa terkena tumor maupun kanker. Bedanya, jika pada bagian tubuh lain tumor jinak kadang tidak mengganggu dan tidak berbahaya, di otak tumor jinak pun bisa sangat mengganggu dan membahayakan nyawa.
Banyaknya bagian otak yang memiliki fungsi pengaturan tubuh yang berbeda-beda membuat tumor dan kanker otak memiliki gejala yang sangat variatif. Gejala yang muncul sangat tergantung di bagian otak mana tumor tersebut muncul.
Gejala umum tumor dan kanker otak adalah sebagai berikut:
Gejala Serebral Umum
Dapat berupa perubahan mental yang ringan (psikomotor asthenia), yang dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung, emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan spontanitas, mungkin diketemukan ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus.
Nyeri Kepala
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala awal tumor otak adalah nyeri kepala. Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta pada keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri kepala dengan psikomotor asthenia perlu dicurigai tumor otak.
Muntah
Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala.Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak.
Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:
- Mengalami status epilepsi
Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak di korteks, 50% pasien dengan astrositoma, 40% pada pasien meningioma, dan 25% pada glioblastoma.
Pencegahan Kanker/Tumor Otak
Dr Amarullah Siregar PhD meyakinkan bahwa Penyakit kanker dapat dicegah dengan cara hidup sehat, serta mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung proxeronin, zat yang sangat baik dalam mengontrol pembelahan sel secara sempurna. Salah satu cara antisipatif yang paling efektif adalah dengan mengonsumsi Tahitian Noni Juice. Jus ini kaya akan kandungan proxeronin dan antioksidan yang terbukti mampu memproteksi radikal bebas serta meningkatkan metabolisme tubuh.
Selain mampu menormalkan fungsi sel dan meregenerasikan sel dengan baik, kandungan bioaktif (damnacanthal dan anthraquinone) pada jus noni juga mampu membunuh sel kanker serta menghentikan penyebarannya.
Menurut Dr Amarullah Siregar PhD kemampuan Tahitian Noni Juice dalam menormalkan fungsi sel yang dapat menekan pertumbuhan kanker pada tubuh, menjadikan jus noni asal Tahiti ini meraih Top 10 Cancer Treatment dan the American Association for Cancer Research.
Mau bebas dari kanker? Minum Tahitian Noni Juice secara berkala merupakan tindakan preventif yang bijaksana.
»»  read more

ASKEP TUMOR OTAK

ASKEP TUMOR OTAK

2.1 DefinisiTumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price, A. Sylvia, 1995: 1030)
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002)
Tekanan intra kranial ( TIK ) adalah suatu fungsi nonlinier dari fungsi otak, cairan serebrospinal ( CSS ) dan volume darah otak sehingga. Sedangkan peningkatan intra kranial ( PTIK ) dapat terjadi bila kenaikan yang relatif kecil dari volume otak, keadaan ini tidak akan cepat menyebabkan tekanan tinggi intrakranial, sebab volume yang meninggi ini dapat dikompensasi dengan memindahkan cairan serebrospinal dari rongga tengkorak ke kanalis spinalis dan volume darah intrakranial akan menurun oleh karena berkurangnya peregangan durameter. Hubungan antara tekanan dan volume ini dikenal dengan complience. Jadi jika otak, darah dan cairan serebrospinal volumenya terus menerus meninggi, maka mekanisme penyesuaian ini akan gagal dan terjadi peningkatan intrakranial yang mengakibatkan herniasi dengan gagal pernapasan dan gagal jantung serta kematian.
Definisi
Kenapa terjadi
penatalaksanaan
2.2 Klasifikasi Tumor Otak
Tumor otak dapat di klasifikasikan:
2.1.1 Berdasarkan jenis tumor
a. Jinak
1. Acoustic neuroma
2. Meningioma
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada di bawahnya. Pasien usia tua sering terkena dan perempuan lebih sering terkena dari pada laki-laki. Tumor ini sering kali memiliki banyak pembuluh darah sehingga mampu menyerap isotop radioaktif saat dilakukan pemeriksaan CT scan otak.
3. Pituitary adenoma
4. Astrocytoma (grade I)
b. Malignant
1. Astrocytoma (grade 2,3,4)
2. Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan simptomatologi bermakna akibat peningkatan tekanan intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia yang paling bersifat kemosensitif.
3. Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering terjadi tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Tumor ini lebih sering terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Dua faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan letak anatomi tumor. Makin muda usia pasien maka makin buruk progmosisnya.
2.1.2 Berdasarkan lokasi
a. Tumor supratentorial
Hemisfer otak, terbagi lagi :
1. Glioma :
i) Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi di hemisfer otak dan sering menyebar kesisi kontra lateral melalui korpus kolosum.
ii) Astroscytoma
iii) Oligodendroglioma
Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma tetapi terdiri dari sel-sel oligodendroglia. Tumor relative avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi biasanya dijumpai pada hemisfer otak orang dewasa muda.
2. Meningioma
Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan duramater yang lebar (broad base) berbatas tegas karena adanya psedokapsul dari membran araknoid. Pada kompartemen supratentorium tumbuh sekitar 90%, terletak dekat dengan tulang dan kadang disertai reaksi tulang berupa hiperostosis. Karena merupakan massa ekstraaksial lokasi meningioma disebut sesuai dengan tempat perlekatannya pada duramater, seperti Falk (25%), Sphenoid ridge (20%), Konveksitas (20%), Olfactory groove (10%), Tuberculum sellae (10%), Konveksitas serebellum (5%), dan Cerebello-Pontine angle. Karena tumbuh lambat defisit neurologik yang terjadi juga berkembang lambat (disebabkan oleh pendesakan struktur otak di sekitar tumor atau letak timbulnya tumor). Pada meningioma konveksitas 70% ada di regio frontalis dan asimptomatik sampai berukuran besar sekali. Sedangkan di basis kranii sekitar sella turcika (tuberkulum sellae, planum sphenoidalis, sisi medial sphenoid ridge) tumor akan segera mendesak saraf optik dan menyebabkan gangguan visus yang progresif.
b. Tumor infratentorial
1. Schwanoma akustikus
2. Tumor metastasisc
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari seluruh tumor otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer. Tumor primer paling sering berasal dari paru-paru dan payudara. Namun neoplasma dari saluran kemih kelamin, saluran cerna, tulang dan tiroid dapat juga bermetastasis ke otak.
a. Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari meningen, sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura.
b. Hemangioblastoma
Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum.
2.3 Etiologi Tumor Otak
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
f. Trauma Kepala
2.4 Patofisiologi Tumor Otak
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel tersebut mempunyai deoxiribonukleat Acid (DNA) abnormal. DNA yang abnormal tidak dapat mengontrol pembelahan sel sehingga terjadi pertumbuhan sel yang berlebihan. Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial). Penyebab tumor otak didapat dari faktor genetik, radiasi, virus, dan sarkoma sistemik.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mendesak ruangan yang relatif tetap dari ruang tengkorak yang kaku dan perubahan sirkulasi CSS, karena penekanan pada otak sehingga menyebabkan penekanan maskularisasi arteri dan vena timbul hipoksia, ischemia, hipoksemia, nekrosis, dan pecahnya pembuluh vena serta arteri. Di otak timbullah peningkatan tekanan intra kranial otak dapat menyebabkan:
a. Pergeseran kandungan ointra kranial mengstimulasi hipotalamus untuk merangsang nosiseptor, timbullah respon rasa nyeri
b. Pergeseran sistem batang otak menstimulasi medulla oblongata menyebabkan mual dan muntah.
c. Penekanan kiasma optikum sehingga menimbulkan papil oedema.
d. Herniasi unkus sehingga girus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior menekan mesenchaphalon, hilang kesadaran dari pasien.
Pasien mengalami hemiparesis jika terjadi destruksi syaraf motorik perifer, sel-sel kornu anterior sehingga terjadi paralisis LMN dan UMN, otot flaksid dan reflek tendon menurun yang menyebakan perubahan persepsi sensori. Selain itu kerusakan nervous VII menyebabkan kerusakan pada hemisphere kiri kemudian akan timbul kelemahan pada otot wajah lalu pasien akan mengalami aphasia sehingga mengalami kerusakan komunikasi verbal. Persepsi sensori pengecapan akan mengalami kemunduran sehingga pasien mengalami kesulitan dalam menelan.
Dilatasi sel indolimf pada koklea mengakibatkan atrofi nervous VIII sehingga pasien mengalami vertigo dan perubahan persepsi sensori. Lesi traktus spinotalamikus lateralis kemudian berlanjutkan ke medulla spinalis, sistem kolumna dorsalis, medulla oblongata lalu menuju lemniskus medialis, thalamus, korteks parietalis sehingga menyebabkan stereognosis yang menimbulkan perubahan proses berpikir dan grafestesia yang dapat menimbulkan resiko cidera.
2.5 Manifestasi Klinis
a. Nyeri Kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.
b. Perubahan Status Mental
Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan tumor lobus frontal atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma.
c. Seizure
Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada tumor di lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus parietal dan temporal.
d. Edema Papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan teknik neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap.
e. Muntah
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa tumor tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual menambah kecurigaan adanya massa intracranial.
f. Vertigo
Pasien merasakan pusing yang berputar dan mau jatuh
2.6 Komplikasi
2.6.1 Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik)
2.6.2 Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan serebrospinal akibat massa.
2.6.3 Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli.
2.6.4 Epilepsi
2.6.5 Metastase ketempat lain
2.7 Pemeriksaan Diagnostik Tumor Otak
a. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
b. Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
c. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
d. Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
e. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
f. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormalpada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
2.8 Penatalaksanaan
Faktor -faktor Prognostik sebagai Pertimbangan Penatalaksanaan
a. Usia
b. General Health
c. Ukuran Tumor
d. Lokasi Tumor
e. Jenis Tumor
Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya, yaitu
a. Surgery
Terapi Pre-Surgery :
Steroid  Menghilangkan swelling, contoh dexamethasone
Anticonvulsant  Untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti carbamazepine
Shunt  Digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal
Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor. Pembedahan pada tumor otak bertujuan utama untuk melakukan dekompresi dengan cara mereduksi efek massa sebagai upaya menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi. Dengan pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan pula jaringan hipoksik akan terikutserta sehingga akan diperoleh efek radiasi yang optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor akan memudahkan evaluasi histopatologik, sehingga diagnosis patologi anatomi diharapkan akan menjadi lebih sempurna. Namun pada tindakan pengangkatan tumor jarang sekali menghilangkan gejala-gelaja yang ada pada penderita.
b. Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam penatalaksanaan proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan bahwa modalitas terapi pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi terapi dengan kemoterapi dan radioterapi.
Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately sensitive), sehingga pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis tinggi radiasi diharapkan dapat mengeradikasi semua sel tumor. Namun demikian pemberian dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat disekitarnya. Semakin dikit jaringan sehat yang terkena maka makin tinggi dosis yang diberikan. Guna menyiasati hal ini maka diperlukan metode serta teknik pemberian radiasi dengan tingkat presisi yang tinggi.
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi jyga digunakan dalam tata laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis.
c. Chemotherapy
Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan satu atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel tumor pada klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini diberikan dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah lengkap dilakukan, pasien dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor berespon terhadap terapi yang dilakukan ataukah tidak.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
3.1.2 Riwayat Sakit dan Kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
2. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia.
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala
4. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan tumor kepala.
5. Pengkajian psiko-sosio-spirituab
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
3.1.3 Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
1. Pernafasan B1 (breath)
a. Bentuk dada : normal
b. Pola napas : tidak teratur
c. Suara napas : normal
d. Sesak napas : ya
e. Batuk : tidak
f. Retraksi otot bantu napas ; ya
g. Alat bantu pernapasan : ya (O2 2 lpm)
2. Kardiovaskular B2 (blood)
a. Irama jantung : irregular
b. Nyeri dada : tidak
c. Bunyi jantung ; normal
d. Akral : hangat
e. Nadi : Bradikardi
f. Tekanana darah Meningkat
3. Persyarafan B3 (brain)
a. Penglihatan (mata) : penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau diplopia.
b. Pendengaran (telinga) : terganggu bila mengenai lobus temporal
c. Penciuman (hidung) : mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontal
d. Pengecapan (lidah) :ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia)
e. Afasia :kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya.
f. Ekstremitas :kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya reflex tendon.
g. GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1- 6 tergantung responnya yaitu :
Eye (respon membuka mata)
(4) : Spontan
(3) : Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(1) : Tidak ada respon
Verbal (respon verbal)
(5) : Orientasi baik
(4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.
(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2) : Suara tanpa arti (mengerang)
(1) : Tidak ada respon
Motor (respon motorik)
(6) : Mengikuti perintah
(5) : Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4) : Withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : Tidak ada respon
4. Perkemihan B4 (bladder)
a. Kebersihan : bersih
b. Bentuk alat kelamin : normal
c. Uretra : normal
d. Produksi urin: normal
5. Pencernaan B5 (bowel)
a. Nafsu makan : menurun
b. Porsi makan : setengah
c. Mulut : bersih
d. Mukosa : lembap
6. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
a. Kemampuan pergerakan sendi : bebas
b. Kondisi tubuh: kelelahan
3.1 Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan medula oblongata.
3. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
4. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi ortostatik
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek afasia pada ekspresi atau interpretasi.
6. Perubahan persepsi sensori perseptual berhubungan dengan kerusakan traktus sensori dengan perubahan resepsi sensori, transmisi, dan integrasi
7. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi dan radioterapi
3.2 Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
Tujuan : Perfusi jaringan membaik ditandai dengan tanda-tanda vital stabil.
Kriteria hasil :
a. Tekanan perfusi serebral >60mmHg, tekanan intrakranial <15mmHg, tekanan arteri rata-rata 80-100mmHg
b. Menunjukkan tingkat kesadaran normal
c. Orientasi pasien baik
d. RR 16-20x/menit
e. Nyeri kepala berkurang atau tidak terjadi
Intervensi Rasional
1. Monitor secara berkala tanda dan gejala peningkatan TIK
- Kaji perubahan tingkat kesadaran, orientasi, memori, periksa nilai GCS
- Kaji tanda vital dan bandingkan dengan keadaan sebelumnya
- Kaji fungsi autonom: jumlah dan pola pernapasan, ukuran dan reaksi pupil, pergerakan otot
- Kaji adanya nyeri kepala, mual, muntah, papila edema, diplopia kejang
2. Ukur, cegah, dan turunkan TIK
- Pertahankan posisi dengan meninggikan bagian kepala 15-300, hindari posisi telungkup atau fleksi tungkai secara berlebihan
- Monitor analisa gas darah, pertahankan PaCO2 35-45 mmHg, PaO2 >80mmHg
- Kolaborasi dalam pemberian oksigen
3. Hindari faktor yang dapat meningkatkan TIK
- Istirahatkan pasien, hindari tindakan keperawatan yang dapat mengganggu tidur pasien
- Berikan sedative atau analgetik dengan kolaboratif.
- Mengetahui fungsi retikuler aktivasi sistem dalam batang otak, tingkat kesadaran memberikan gambaran adanya perubahan TIK
- Mengetahui keadaan umum pasien, karena pada stadium awal tanda vital tidak berkolerasi langsung dengan kemunduran status neurologi
- Respon pupil dapat melihat keutuhan fungsi batang otak dan pons
- Merupakan tanda peningkatan TIK
- Peninggian bagian kepala akan mempercepat aliran darah balik dari otak, posisi fleksi tungkai akan meninggikan tekanan intraabomen atau intratorakal yang akan mempengaruhi aliran darah balik dari otak
- Menurunnya CO2 menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
- Memenuhi kebutuhan oksigen
- Keadaan istirahat mengurangi kebutuhan oksigen
- Mengurangi peningkatan TIK
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan denga penekanan medula oblongata.
Tujuan :
Kriteria Hasil :
3. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Tujuan : Nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi oleh klien
Kriteria hasil :
a. Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi
b. Klien tidak merasa kesakitan.
Intervensi Rasional
1. Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan meredakan.
2. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.
3. Berikan kompres dingin pada kepala.
4. Mengajarkan tehnik relaksasi dan metode distraksi
5. Kolaborasi analgesic
6. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital. 1. Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.
2. Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.
3. Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi.
4. Akan melancarkan peredaran darah, dan dapat mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan
5. Analgesik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri berkurang
6. Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami.
4. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi ortostatik.
Tujuan : Diagnosa tidak menjadi masalah aktual
Kriteria hasil :
a. Pasien dapat mengidentifikasikan kondisi-kondisi yang menyebabkan vertigo
b. Pasien dapat menjelaskan metode pencegahan penurunan aliran darah di otak tiba-tiba yang berhubungan dengan ortostatik.
c. Pasien dapat melaksanakan gerakan mengubah posisi dan mencegah drop tekanan di otak yang tiba-tiba.
d. Menjelaskan beberapa episode vertigo atau pusing.
Intervensi Rasional
1. Kaji tekanan darah pasien saat pasien mengadakan perubahan posisi tubuh.
2. Diskusikan dengan klien tentang fisiologi hipotensi ortostatik.
3. Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi hipotensi ortostatik 1. Untuk mengetahui pasien mengakami hipotensi ortostatik ataukah tidak.
2. Untuk menambah pengetahuan klien tentang hipotensi ortostatik.
3. Melatih kemampuan klien dan memberikan rasa nyaman ketika mengalami hipotensi ortostatik.
5. Kerusakan komunikasi verbal b.d efek afasia pada ekspresi atau intepretasi.
Tujuan : Tidak mengalami kerusakan komunikasi verbal dan menunjukkan kemampuan komunikasi verbal dengan orang lain dengan cara yang dapat di terima.
Kriteria Hasil :
a. Pasien dapat mengidentifikasi pemahaman tentang masalah komunikasi.
b. Pasien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
c. Pasien dapat menggunakan sumber-sumber dengan tepat
Intervensi Rasional
1. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik.
2. Minta pasien untuk menulis nama atau kalimat yang pendek. Jika tidak dapat menulis, mintalah pasien untuk membaca kalimat yang pendek.
3. Berika metode komunikasi alternative, seperti menulis di papan tulis, gambar. Berikan petunjuk visual (gerakan tangan, gambar-gambar, daftar kebutuhan, demonstrasi).
4. Katakan secara langsung dengan pasien, bicara perlahan, dan dengan tenang. Gunakan pertanyaan terbuka dengan jawaban “ya/tidak” selanjutnya kembangkan pada pertanyaan yang lebih komplek sesuai dengan respon pasien. 1. Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapan yang keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang diucapkannya tidak nyata.
2. Menilai kemampuan menulis dan kekurangan dalam membaca yang benar yang juga merupakan bagian dari afasia sensorik dan afasia motorik.
3. Memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan keadaan/ deficit yang mendasarinya.
4. Menurunkan kebingungan/ansietas selama proses komunikasi dan berespons pada informasi yang lebih banyak pada satu waktu tertentu.
6. Perubahan persepsi sensori perseptual berhubungan dengan kerusakan traktus sensori dengan perubahan resepsi sensori, transmisi, dan integrasi.
Tujuan : Pasien mampu menetapkan dan menguji realitas serta menyingkirkan kesalahan persepsi sensori.
Kriteria hasil :
a. Pasien dapat mengenali kerusakan sensori
b. Pasien dapat mengidentifikasi prilaku yang dapat mengkompensasi kekurangan
c. Pasien dapat mengungkapkan kesadaran tentang kebutuhan sensori dan potensial terhadap penyimpangan.
Intervensi Rasional
1. Bantu pasien mengenali dan mengkompensasi perubahan sensasi.
2. Berikan rangsang taktil, sentuh pasien pada area dengan sensori utuh, missal : bahu, wajah, kepala.
3. Berikan tidur tanpa gangguan dan periode istirahat.
4. Pertahankan adanya respons emosional berlebihan, perubahan proses berpikir, misal : disorientasi, berpikir kacau. 1. Dapat membantu menurunkan ansietas tentang ketidaktahuan dan mencegah cedera.
2. Menyentuh menyampaikan perhatian dan memenuhi kenutuhan fisiologis dan psikologis normal.
3. Menurunkan kelebihan beban sensori, meningkatkan orientasi dan kemampuan koping, dan membantu dalam menciptakan kembali pola tidur alamiah.
4. Indikasi kerusakan traktus sensori dan stress psikologis, memerlukan pengkajian dan intervensi lebih lanjut.
7. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi dan radioterapi.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan adekuat
Kriteria hasil :
a. Antropometri: berat badan tidak turun (stabil)
b. Biokimia: albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl
Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl, perempuan 12-16 g/dl)
c. Clinis: tidak tampak kurus, terdapat lipatan lemak, rambut tidak jarang dan merah
d. Diet: klien menghabiskan porsi makannya dan nafsu makan bertambah
Intervensi Rasional
1. Kaji tanda dan gejala kekurangan nutrisi: penurunan berat badan, tanda-tanda anemia, tanda vital
2. Monitor intake nutrisi pasien
3. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
4. Timbang berat badan 3 hari sekali
5. Monitor hasil laboratorium: Hb, albumin
6. Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetik
1. Menentukan adanya kekurangan nutrisi pasien
2. Salah satu efek kemoterapi dan radioterapi adalah tidak nafsu makan
3. Mengurangi mual dan terpenuhinya kebutuhan nutrisi.
4. Berat badan salah satu indikator kebutuhan nutrisi.
5. Menentukan status nutrisi
6. Mengurangi mual dan muntah untuk meningkatkan intake makanan
»»  read more

Tumor Otak

Tumor Otak

DEFINISI
Tumor Otak Benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas. Tumor Otak Maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.

Beberapa jenis tumor otak jinak bisa tumbuh di dalam otak dan diberi nama sesuai dengan sel atau jaringan asalnya:
- Schwannoma berasal dari sel Schwann yang membungkus persarafan
- Ependimoma berasal dari sel yang membatasi bagian dalam otak
- Meningioma berasal dari meningen (jaringan yang melapisi bagian luar otak)
- Adenoma berasal dari sel-sel kelenjar
- Osteoma berasal dari struktur tulang pada tengkorak
- Hemangioblastoma berasal dari pembuluh darah.

Tumor otak jinak yang bisa merupakan kelainan bawaan adalah:
- Kraniofaringioma
- Kordoma
- Germinoma
- Teratoma
- Kista dermoid
- Angioma.

Meningioma biasanya jinak, tetapi bisa kambuh setelah diangkat. Tumor ini lebih sering ditemukan pada wanita dan biasanya muncul pada usia 40-60 tahun, tetapi tidak tertutup kemungkinan muncul pada masa kanak-kanak atau pada usia yang lebih lanjut. Gejala dan kemungkinan diturunkannya tumor ini tergantung kepada ukuran, kecepatan pertumbuhan dan lokasinya di otak. Jika tumbuh sangat besar, bisa menyebabkan kemunduran mental seperti demensia (pikun).

Tumor ganas otak yang paling sering terjadi merupakan penyebaran dari kanker yang berasal dari bagian tubuh yang lain. Kanker payudara dan kanker paru-paru, melanoma maligna dan kanker sel darah (misalnya leukemia dan limfoma) bisa menyebar ke otak. Penyebaran ini bisa terjadi pada satu area atau beberapa bagian otak yang berbeda.

Tumor otak primer berasal dari dalam otak, yang terdiri dari:
- Glioma berasal dari jaringan yang mengelilingi dan menyokong sel-sel saraf, beberapa diantaranya bersifat ganas
- Glioblastoma multiformis merupakan jenis yang paling sering ditemukan
- Astrositoma anaplastik, pertumbuhannya sangat cepat
- Astrositoma, pertumbuhannya lambat
- Oligodendroglioma
- Meduloblastoma, jarang terjadi, biasanya menyerang anak-anak sebelum mencapai pubertas
- Sarkoma dan adenosarkoma merupakan kanker yang jarang terjadi, yang tumbuh dari struktur selain sel saraf.


Tumor otak yang berasal dari sistem saraf

Jenis Tumor Asal Status Keganasan Persentase Dari Semua Tumor Otak Yang Sering Terkena
Kordoma Sel saraf dari kolumna spinalis Jinak tetapi invasif Kurang dari 1% Dewasa
Tumor sel germ Sel-sel embrionik Ganas atau jinak 1% Anak-anak
Glioma (glioblastoma multiformis, astrositoma, oligodendtrositoma) Sel-sel penyokong otak, termasuk astrosit & oligodendrosit Ganas atau relatif jinak 65% Anak-anak & dewasa
Hemangioblastoma Pembuluh darah Jinak 1-2% Anak-anak & dewasa
Meduloblastoma Sel-sel embrionik Ganas
Anak-anak
Meningioma Sel-sel dari selaput yg membungkus otak Jinak 20% Dewasa
Osteoma Tulang tengkorak Jinak 2& Anak-anak & dewasa
Osteosarkoma Tulang tengkorak Ganas Kurang dari 1% Anak-anak & dewasa
Pinealoma Sel-sel di kelenjar pinealis Jinak 1% Anak-anak
Adenoma hipofisa Sel-sel epitel hipofisa Jinak 2% Anak-anak & dewasa
Schwannoma Sel Schwann yg membungkus persarafan Jinak 3% Dewasa


GEJALA
Baik pada tumor jinak maupun ganas, gejalanya timbul jika jaringan otak mengalami kerusakan atau otak mendapat penekanan. Jika tumor otak merupakan penyebaran dari tumor lain, maka akan timbul gejala yang berhubungan dengan kanker asalnya. Misalnya batu berlendir dan berdarah terjadi pada kanker paru-paru, benjolan di payudara bisa terjadi pada kanker payudara.

Gejala dari tumor otak tergantung kepada ukuran, kecepatan pertumbuhan dan lokasinya. Tumor di beberapa bagian otak bisa tumbuh sampai mencapai ukuran yang cukup besar sebelum timbulnya gejala; sedangkan pada bagian otak lainnya, tumor yang berukuran kecilpun bisa menimbulkan efek yang fatal.

Gejala awal dari tumor otak seringkali berupa sakit kepala. Sakit kepala karena tumor sering kambuh atau dirasakan terus menerus, hebat, bisa terjadi pada seseorang yang sebelumnya tidak pernah mengalami sakit kepala, terjadi pada malam hari dan tetap ada sampai terbangun. Gejala awal lainnya yang sering ditemukan adalah gangguan keseimbangan dan koordinasi, pusing dan penglihatan ganda.

Gejala lanjut bisa berupa mual dan muntah, demam yang hilang-timbul serta denyut nadi dan laju pernafasan yang abnormal cepat atau lambat. Sebelum akhirnya meninggal, terjadi fluktuasi hebat dari tekanan darah.

Beberapa tumor otak menyebabkan kejang. Kejang lebih sering terjadi pada tumor otak jinak, meningioma dan kanker yang pertumbuhannya lambat. Tumor bisa menyebabkan lengan atau tungkai pada salah satu sisi tubuh menjadi lemah atau lumpuh dan bisa mempengaruhi kemampuan untuk merasakan panas, dingin, tekanan, sentuhan ringan atau benda tajam. Tumor juga bisa mempengaruhi pendengaran, penglihatan dan penciuman.

Penekanan pada otak bisa menyebabkan perubahan kepribadian dan menyebabkan penderita merasa mengantuk, linglung dan tidak mampu berfikir. Gejala ini sangat serius dan memerlukan penanganan medis segera.


Astrositoma & Oligodendroglioma
Astrositoma dan oligodendroglioma merupakan tumor yang pertumbuhannya lambat dan mungkin hanya menyebabkan kejang. Jika lebih ganas (astrositoma anaplastik dan oligodendroglioma anaplastik) bisa menyebabkan kelainan fungsi otak, seperti kelemahan, hilangnya rasa dan langkah yang goyah. Astrositoma yang paling ganas adalah glioblastoma multiformis, yang tumbuh sangat cepat sehingga menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam otak dan menyebabkan sakit kepala, berfikir menjadi lambat dan rasa ngantuk atau bahkan koma.


Meningioma
Tumor jinak yang berasal dari selaput yang membungkus otak (meningen) bisa menyebabkan berbagai gejala yang tergantung kepada lokasi pertumbuhannya. Bisa terjadi kelemahan atau mati rasa, kejang, gangguan penciuman, penonjolan mata dan gangguan penglihatan. Pada penderita lanjut usia bisa menyebabkan hilang ingatan dan kesulitan dalam berfikir, mirip dengan yang terjadi pada penyakit Alzheimer.


Tumor Pinealis
Kelenjar Pinealis terletak di pertengahan otak, yang berfungsi mengatur jam biologis tubuh, terutama pada siklus normal diantara bangun dan tidur. Tumor pinealis atipikal (tumor sel germ) paling sering terjadi pada masa kanak-kanak dan seringkali menyebabkan pubertas dini. Tumor ini bisa merusak pengaliran cairan di sekitar otak, sehingga terjadi pembesaran otak dan tengkorak (hidrosefalus) dan kelainan fungsi otak yang serius.


Tumor Kelenjar Hipofisa
Kelenjar Hipofisa terletak di dasar tengkorak, berfungsi mengatur sistem endokrin tubuh. Tumor kelenjar hipofisa biasanya jinak dan secara abnormal menghasilkan sejumlah besar hormon hipofisa:
- Peningkatan kadar hormon pertumbuhan yang berlebihan menyebabkan gigantisme (tumbuh sangat tinggi) atau akromegali (pembesaran yang tidak proporsional dari kepala, wajah, tangan, kaki dan dada)
- Peningkatan kadar kortikotropin menyebabkan Sindroma Cushing
- Peningkatan kadar TSH (thyroid-stimulating hormone) menyebabkan hipertiroidisme
- Peningkatan kadar prolaktin menyebabkan amenore (terhentinya siklus menstruasi), galaktore (pembentukan ASI pada wanita yang tidak sedang menyusui) dan ginekomastia (pembesaran payudara pada pria).

Tumor kelenjar hipofisa juga bisa merusak jaringan yang menghasilkan hormon, yang pada akhirnya akan menyebabkan kekurangan hormon dalam tubuh. Gejala lainnya bisa berupa sakit kepala dan hilangnya lapang pandang luar pada kedua mata.


DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Rontgen tulang tengkorak dan otak hanya memberikan sedikit gambaran mengenai tumor otak. Semua jenis tumor otak biasanya bisa terlihat pada CT scan atau MRI, yang juga bisa menentukan ukuran dan letaknya yang pasti.

Tumor hipofisa biasanya ditemukan jika telah menekan saraf penglihatan. Pemeriksaan darah menunjukkan kadar hormon hipofisa yang abnormal dan tumor biasanya bisa didiagnosis dengan CT scan atau MRI. Biopsi dilakukan untuk menentukan jenis tumor dan sifatnya (ganas atau jinak).

Kadang pemeriksaan mikroskopik dari cairan serebrospinal yang diperoleh melalui pungsi lumbal, bisa menunjukkan adanya sel-sel kanker. Jika terdapat peningkatan tekanan di dalam tengkorak, maka tidak dapat dilakukan pungsi lumbal karena perubahan tekanan yang tiba-tiba bisa menyebabkan herniasi. Pada herniasi, tekanan yang meningkat di dalam tengkorak mendorong jaringan otak ke bawah melalui lubang sempit di dasar tengkorak, sehingga menekan otak bagian bawah (batang otak). Sebagai akibatnya, fungsi yang dikendalikan oleh batang otak (pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah) akan mengalami gangguan. Jika tidak segera diatasi, herniasi bisa menyebabkan koma dan kematian.


PENGOBATAN
Pengobatan tumor otak tergantung kepada lokasi dan jenisnya. Jika memungkinkan, maka tumor diangkat melalui pembedahan. Pembedahan kadang menyebabkan kerusakan otak yang bisa menimbulkan kelumpuhan parsial, perubahan rasa, kelemahan dan gangguan intelektual. Tetapi pembedahan harus dilakukan jika pertumbuhannya mengancam struktur otak yang penting.

Meskipun pengangkatan tumor tidak dapat menyembuhkan kanker, tetapi bisa mengurangi ukuran tumor, meringankan gejala dan membantu menentukan jenis tumor serta pengobatan lainnya. Beberapa tumor jinak harus diangkat melalui pembedahan karena mereka terus tumbuh di dalam rongga sempit dan bisa menyebabkan kerusakan yang lebih parah atau kematian. Meningioma, schwannoma, dan ependimoma biasanya diangkat melalui pembedahan. Setelah pembedahan kadang dilakukan terapi penyinaran untuk menghancurkan sel-sel tumor yang tersisa.

Tumor ganas diobati dengan pembedahan, terapi penyinaran dan kemoterapi. Terapi penyinaran dimulai setelah sebanyak mungkin bagian tumor diangkat melalui pembedahan. Terapi penyinaran tidak dapat menyembuhkan tumor, tetapi membantu memperkecil ukuran tumor sehingga tumor dapat dikendalikan. Kemoterapi digunakan untuk mengobati beberapa jenis kanker otak. Kanker otak primer maupun kanker otak metastatik memberikan respon yang baik terhadap kemoterapi.

Jika terjadi peningkatan tekanan di dalam otak, diberikan suntikan mannitol dan kortikosteroid untuk mengurangi tekanan dan mencegah herniasi. Pengobatan kanker metastatik tergantung kepada sumber kankernya. Sering dilakukan terapi penyinaran.
Jika penyebarannya hanya satu area, maka bisa dilakukan pembedahan.


PROGNOSIS

Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan hidup setelah 2 tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan oligodendroglioma, dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah pengobatan. Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun.

Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif dilakukan pada:
- penderita yang berusia di bawah 45 tahun
- penderita astrositoma anaplastik
- penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui pembedahan.
»»  read more