Sabtu, 27 Februari 2010

Mengatasi Impotensi (bagian 1)

Mengatasi Impotensi (bagian 1)

impotensiDi kalangan medis sepertinya masalah impotensi tidak diperhatikan secara serius, kadang disikapi sebagai hal yang menjemukan. Padahal kita dapat membayangkan betapa susahnya suatu perkawinan dimana sang suami menderita penyakit impoten. Orang awam menyebutnya lemah syahwat. Bila ini terjadi maka gempa dahsyat akan mengguncang mahligai perkawinan.
Dalam kehidupan masyarakat modern yang kian menuntut keterbukaan, keluhan seksual merupakan bagian bagian sama pentingnya dengan berbagai penyakit pada pandangan kedokteran yang semakin maju.
Karena itu, masyarakat bersama kalangan medis perlu turut serta mengantisipasi masalah impotensi. Artinya impotensi perlu diseminarkan, karena umumnya penderita merasa malu mengemukakan keluhan, dan tidak tahu faktor penyebabnya, serta harus kemana berobat secara tepat. Penderita lemah syahwat diisyaratkan harus terlihat aktif dalam penyembuhannya. Juga pengobatan impoten bisa berhasil baik bila penderita dibekali pengetahuan seksual yang cukup memadai.
Adapun yang dimaksud dengan impotensi adalah menunjukkan ketidakmampuan alat kelamin, tepatnya penis pria untuk ereksi cukup tegang dan lama, sehingga tidak dapat memuaskan pasangannya. Karena penderita enggan berterus terang, meski jumlahnya di Indonesia cukup banyak, diantaranya penderita kencing manis yang jumlahnya sekitar 50 sampai 60 persen beresiko tinggi mengalami impotensi.
Pada umumnya, para penderita impoten masih mencari pertolongan sinshe, dukun atau orang pintar yang hasilnya sangat diragukan.
Kini di beberapa rumah sakit besar telah dibentuk tim dokter dari berbagai spesialis untuk menanggulangi masalah impoten secara terpadu.
Pola Timbulnya Impotensi
Berdasarkan hasil penelitian pakar medis tersimpul pola timbulnya penyakit impoten, bahwa di dalam penis itu terdapat dua buah bangunan yang disebut Corpus Cavernosum. Dalam kondisi penis tidak tegang, CC hanya terisi darah sedikit. Dengan berbagai cara rangsangan, volume darah di dalam CC akan berlipat ganda delapan kali, maka penis membesar dan tegang.
implantasipenis-thumbDengan demikian, di sini tidak hanya pembuluh darah ke CC harus berfungsi baik, tapi juga otot-otot CC serta pembuluh darah balik yang mengalirkan darah ke CC. Mekanisme ini dipengaruhi saraf dan hormon, jika terjadi gangguan atau terjadinya kerusakan, maka penis tidak dapat ereksi. Pola timbulnya impotensi inilah yang disebut kelainan organik.
Impotensi pada seseorang karena ada dua faktor. Pertama, disebabkan problema seksual, psikis, rasa takut, sedih dan stress seperti takut tidak dapat melakukan hubungan seksual secara normal atau fear of failure. Kedua, orang itu impoten karena memang adanya kelainan organik. Penyebab kelainan impotensi organik bisa disebabkan pengapuran pembuluh darah, sehingga khususnya pembuluh darah yang mengarah ke penis menebal dan keras. Aliran darah untuk mencapai ereksi pun tidak mencukupinya atau disebabkan kelainan pada CC itu sendiri. Hal ini diduga karena terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan hipertensi dan adanya kelainan dalam kadar hormon.
Sementara itu, kelainan pada pembuluh balik dapat menjadi sebagai faktor pencetus impotensi. Sebab aliran darah balik dari penis saat ereksi tidak cukup terbendung yang mengakibatkan darah tidak daapt terkumpul di penis.
Kemungkinan lain, yaitu akibat saraf seperti karena trauma atau kecelakaan, patah tulang panggul atau bekas operasi di panggul kecil. Selain itu, pria impoten bisa disebabkan karena ia menderita diabetes. Kasus ini memang banyak terjadi, karena diabetes biang keladi timbulnya gangguan apda pembuluh darah, saraf dan bahkan psikis. Di samping perlu mewaspadai terhadap penyakit lain seperti liver, gagal ginjal dan kelenjar gondok.
Bahkan, akhir-akhir ini para pakar medis telah menemukan hubungan antara gagal ereksi dengan kebiasaan merokok dan minuman yang mengandung kadar alkohol, nah……lho…..
Itu tadi analisis (ceile…….) tentang impotensi beserta penyebabnya, nah sekarang bagaimana penanggulangannya?
Upaya penanggulangan masalah impotensi tersebut tidak mungkin hanya dapat dilakukan oleh satu bidang saja, melainkan harus melibatkan beberapa disiplin ilmu seperti urologi, neurologi, andrologi, seksologi, psikiatri, andokrinologi dan gerontologi. Namun demikian, tidak semua penderita impotensi harus ditanggulangi dengan tindakan operasi. Penderita sebelumnya harus melalui pemeriksaan oleh beberapa dokter ahli untuk mencapai diagnosa yang tepat, sehingga penyebab impoten dapat diketahui sehingga penanggulangannya akan lebih mudah.
Pemeriksaan tahap petama meliputi adrologik seksualogik, psikiatrik dan pemeriksaan hormon secara laboratorik, penderita diberi obat-obat untuk sementara.
Jika data telah lengkap tapi belum mendapatkan hasil, maka perlu dilakukan pemeriksaan tahap kedua yang meliputi radiologi, penyakit saraf, urologi dan geriatri, sampai mendapat kesimpulan yang tepat. Kalau memang tahap kedua ini belum mendapat hasil pula, alternatif lain yang harus ditempuh adalah operasi.
Dengan kata lain, penyebab impotensi tersebut bukan ditimbulkan secara psikis atau faktor tertentu yang dapat ditanggulangi dengan obat-obatan maupun hormonal, tapi karena disebabkan faktor organik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar